Sejak kemunculan generative AI, kekhawatiran tentang job displacement atau hilangnya pekerjaan secara massal telah menjadi narasi yang dominan. Para ahli, futurist, dan bahkan CEO perusahaan teknologi ternama telah memperingatkan bahwa AI dapat mengotomatiskan hingga 70% pekerjaan. Namun, sebuah laporan terbaru dari Federal Reserve Bank of New York (New York Fed) memberikan perspektif yang berbeda. Berdasarkan survei bisnis di wilayah New York dan New Jersey, New York Fed menemukan bahwa dampak AI pada pekerjaan sejauh ini minimal. Alih-alih menyebabkan PHK besar-besaran, AI lebih cenderung digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan, dalam banyak kasus, mendorong perusahaan untuk melatih ulang karyawan mereka.
Fakta di Balik Survei New York Fed
Survei yang dilakukan pada Agustus 2025 ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam adopsi AI oleh perusahaan. Sekitar 40% perusahaan di sektor jasa melaporkan telah menggunakan AI, naik dari 25% tahun lalu. Di sektor manufaktur, angka ini juga naik, dari 16% menjadi 26%. Lonjakan adopsi ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan mengambil serius teknologi ini. Namun, hal yang paling mengejutkan adalah dampaknya terhadap tenaga kerja.
- PHK yang Hampir Tidak Ada: Hanya 1% dari perusahaan di sektor jasa yang melaporkan PHK akibat AI. Di sektor manufaktur, angka tersebut adalah 0%. Richard Deitz, penasihat kebijakan ekonomi di New York Fed, bahkan menyatakan bahwa “PHK hampir tidak ada” karena penggunaan AI.
- Fokus pada Pelatihan Ulang: Sebagian besar perusahaan yang mengadopsi AI tidak memecat karyawan. Mereka melatih ulang karyawan mereka. Hampir setengah dari perusahaan berencana melatih ulang karyawannya. Ini menunjukkan bahwa perusahaan melihat AI sebagai alat untuk meningkatkan keterampilan pekerja yang ada, bukan untuk menggantikan mereka.
- Pengurangan Perekrutan, Bukan PHK: Meskipun PHK jarang terjadi, survei menemukan bahwa beberapa perusahaan mengurangi perekrutan. Sekitar 12% perusahaan jasa yang menggunakan AI merekrut lebih sedikit orang. Ini terutama terjadi pada posisi yang membutuhkan gelar sarjana. Di sisi lain, 11% perusahaan jasa dan 7% pabrik juga merekrut lebih banyak pekerja yang memiliki keterampilan AI.
Mengapa Dampak AI pada Pekerjaan Tidak Seperti yang Dikhawatirkan?
Ada beberapa alasan mengapa dampak AI pada pekerjaan tidak sedramatis yang diperkirakan.
- Penerapan yang Bertahap: Integrasi AI ke dalam alur kerja perusahaan adalah proses yang lambat. Perusahaan harus menguji, melatih, dan menyesuaikan sistem AI mereka. Ini membutuhkan waktu dan investasi yang signifikan.
- AI sebagai Alat, Bukan Pengganti: Sejauh ini, sebagian besar AI digunakan untuk mengotomatiskan tugas-tugas rutin, seperti pencarian informasi dan analisis data. AI membantu pekerja menjadi lebih efisien. Ia tidak mengambil alih seluruh pekerjaan mereka. Contohnya, seorang desainer grafis dapat menggunakan AI untuk menghasilkan ide-ide cepat. Namun, mereka masih membutuhkan keterampilan manusia untuk menyempurnakan dan memberikan sentuhan artistik.
- Ekonomi yang Dinamis: Pasar kerja sangat dinamis. Ada banyak faktor yang memengaruhi keputusan perekrutan dan PHK. Kondisi ekonomi makro, permintaan konsumen, dan lanskap persaingan memiliki peran yang jauh lebih besar daripada AI saat ini. New York Fed mencatat bahwa ekspektasi PHK di masa depan seringkali terkait dengan kondisi ekonomi yang lebih luas, bukan hanya AI.
Tantangan di Masa Depan
Meskipun dampak AI pada pekerjaan sejauh ini terbatas, laporan New York Fed juga memberikan catatan penting. Mereka memperkirakan bahwa di masa depan, perusahaan akan mengintegrasikan AI lebih dalam ke dalam operasi mereka. Hal ini dapat menyebabkan lebih banyak PHK dan pengurangan perekrutan. Survei ini menunjukkan bahwa 13% perusahaan jasa berencana untuk mengurangi jumlah pekerjaan dalam enam bulan ke depan. Ini menunjukkan bahwa dampak AI mungkin hanya tertunda.
Selain itu, laporan ini menunjukkan bahwa dampak AI paling terasa pada pencari kerja, terutama lulusan perguruan tinggi. Karena beberapa perusahaan mengurangi perekrutan untuk posisi entry-level yang dapat diotomatisasi oleh AI, ini mempersulit lulusan baru untuk mendapatkan pekerjaan.
Kesimpulan
Laporan New York Fed memberikan perspektif yang tenang dan berbasis data. Laporan ini mendinginkan perdebatan yang dipenuhi dengan spekulasi dan ketakutan. Meskipun AI akan mengubah pasar kerja, perubahan ini kemungkinan akan terjadi secara bertahap dan kompleks. Untuk saat ini, pekerja lebih mungkin untuk dilatih ulang daripada digantikan oleh AI. Ini adalah kabar baik. Namun, ini juga menjadi pengingat bagi para pekerja dan perusahaan. Kita harus terus beradaptasi dan meningkatkan keterampilan. Dunia kerja akan terus berubah. Kita harus memastikan bahwa kita siap menghadapi tantangan yang akan datang.
Baca juga:
- Pendapatan Salesforce Melemah: Tanda Tanya Atas Janji Besar AI
- Saham Alphabet Naik: Analisis di Balik Putusan Pengadilan Antimonopoli AS
- G42 Diversifikasi Pemasok Chip: Strategi Jangka Panjang di Tengah Geopolitik AI
Informasi ini dipersembahkan oleh Empire88