Operator telekomunikasi terbesar kedua di Australia, Optus, kembali terjerumus ke dalam pusaran krisis akut. Setelah insiden pemadaman jaringan yang melumpuhkan jutaan pelanggan tahun lalu, kini perhatian publik dan pemerintah terfokus pada kegagalan layanan yang jauh lebih serius. Tragedi terbaru ini, di mana Optus Gagal Layanan Darurat (Triple Zero atau 000) selama berjam-jam, telah mengakibatkan konsekuensi yang mematikan dan memicu kemarahan nasional.
Insiden terbaru ini, yang terjadi pada pertengahan September 2025, berlangsung selama sekitar 13 jam. Kegagalan teknis tersebut, yang disebabkan oleh pembaruan firewall jaringan yang salah, mencegah ratusan pelanggan di Australia Selatan, Australia Barat, dan Northern Territory untuk terhubung dengan layanan darurat di saat mereka paling membutuhkan. Tragisnya, kegagalan ini dikaitkan langsung dengan kematian beberapa orang. Optus, yang dimiliki oleh Singapore Telecommunications (Singtel), mengakui adanya penyimpangan dari prosedur standar selama pembaruan. Insiden ini, yang merupakan kegagalan layanan darurat kedua yang signifikan dalam waktu kurang dari dua tahun, menunjukkan masalah mendalam di tubuh raksasa telekomunikasi tersebut.
Kronologi Kegagalan dan Dampak Kemanusiaan
Gangguan dimulai pada dini hari. Dalam konferensi pers, CEO Optus, Stephen Rue, mengonfirmasi bahwa insiden tersebut dipicu oleh kegagalan mengikuti protokol yang telah ditetapkan selama pembaruan firewall rutin. Meskipun pemadaman penuh berlangsung selama 13 jam, yang paling mengerikan adalah kegagalan untuk mengaktifkan mekanisme failover yang seharusnya secara otomatis mengalihkan panggilan darurat ke jaringan operator lain ketika jaringan utama tidak berfungsi.
Akibatnya, sekitar 480 panggilan darurat dari pelanggan Optus tidak berhasil terhubung. Lebih lanjut, polisi di beberapa negara bagian telah mengonfirmasi bahwa sejumlah kematian tragis, termasuk seorang wanita tua dan dua pria, terjadi selama periode ketika Optus Gagal Layanan Darurat. Kerugian nyawa manusia ini telah mengubah krisis teknis menjadi bencana kemanusiaan, yang mempertanyakan kelayakan Optus untuk mengoperasikan infrastruktur komunikasi penting negara.
Kegagalan Proses dan Sanksi Regulator
Hal yang paling meresahkan dari insiden ini adalah pengulangan dari pola kegagalan sebelumnya. Pada November 2023, Optus juga mengalami pemadaman jaringan nasional selama 14 jam yang membuat ribuan orang tidak dapat mengakses layanan 000. Untuk kegagalan itu, Optus didenda $12 juta oleh Otoritas Komunikasi dan Media Australia (ACMA). Pada saat itu, Optus berjanji untuk memastikan hal serupa tidak terjadi lagi.
Namun, kegagalan baru ini menunjukkan bahwa masalah Optus jauh lebih dalam daripada sekadar kesalahan teknis. Rue sendiri mengakui bahwa perusahaan melewatkan setidaknya lima peringatan awal dari pelanggan yang melaporkan ketidakmampuan mereka untuk menghubungi Triple Zero, yang dialihkan ke pusat panggilan lepas pantai. Kegagalan dalam eskalasi internal ini memungkinkan pemadaman terus berlangsung selama berjam-jam.
Pemerintah Australia, termasuk Perdana Menteri Anthony Albanese dan Menteri Komunikasi Anika Wells, telah menyebut kegagalan Optus sebagai “sama sekali tidak dapat diterima”. ACMA telah meluncurkan penyelidikan formal terhadap insiden Optus Gagal Layanan Darurat terbaru ini. Optus berpotensi menghadapi denda yang jauh lebih besar dari sebelumnya, di tengah seruan dari politisi dan publik untuk akuntabilitas eksekutif yang lebih tinggi. Optus juga telah menunjuk Dr. Kerry Schott untuk memimpin tinjauan independen terhadap akar penyebab insiden tersebut.
Masa Depan Optus dan Kepercayaan Pelanggan
Krisis terbaru ini terjadi hanya beberapa hari setelah Optus didenda A$100 juta oleh Pengadilan Federal Australia atas “perilaku tidak bermoral” terkait taktik penjualan yang memangsa pelanggan rentan—masalah yang terjadi selama bertahun-tahun. Serangkaian bencana, mulai dari peretasan data pada tahun 2022, pemadaman jaringan pada tahun 2023, hingga Optus Gagal Layanan Darurat yang fatal ini, telah menghancurkan merek dan kepercayaan pelanggan.
Bagi sebuah perusahaan telekomunikasi, kemampuan untuk menjamin akses ke layanan darurat adalah fondasi dari kontrak sosial dengan pelanggannya. Kegagalan berulang dalam hal ini menunjukkan kegagalan tata kelola (governance) dan operasional sistem yang mendalam. Para ahli dan regulator sekarang menyerukan reformasi telekomunikasi yang lebih luas, termasuk memastikan mekanisme failover yang kuat dan wajib untuk layanan darurat, serta mendesak semua operator untuk meningkatkan standar mereka. Kelangsungan Optus di pasar Australia kini bergantung pada kemampuannya untuk benar-benar merombak sistem dan memulihkan kepercayaan, sesuatu yang akan membutuhkan lebih dari sekadar permintaan maaf.
Baca juga:
- Peran ByteDance di TikTok AS: Mengurai Keterlibatan di Balik Struktur Baru
- Tarif Elektronik Berbasis Chip: Ancaman Proteksionisme Baru dari Trump
- Ekspansi Teknologi Taiwan di India Mendorong Rantai Pasok Global
Informasi ini dipersembahkan oleh Empire88