Sanksi AS Perusahaan Chip: Langkah Terbaru dalam Perang Teknologi

Sanksi AS Perusahaan Chip
Sanksi AS Perusahaan Chip

Perang dingin teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus memanas, dan pertempuran terbaru terjadi di arena semikonduktor. Dalam sebuah langkah signifikan, Amerika Serikat telah memberikan sanksi AS perusahaan chip asal Tiongkok, yaitu GMC Semiconductor Technology (Wuxi) dan Jicun Semiconductor Technology. Kedua perusahaan ini dituduh telah mengakuisisi peralatan pembuatan chip buatan AS untuk Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC), produsen chip terkemuka di Tiongkok yang telah masuk daftar hitam AS. Langkah ini menandai eskalasi terbaru dalam upaya Washington untuk membatasi akses Tiongkok ke teknologi canggih yang dapat digunakan untuk modernisasi militer mereka.

 

Latar Belakang Sanksi dan Keterlibatan SMIC

SMIC, sebagai “juara nasional” Tiongkok dalam industri semikonduktor, telah lama menjadi target utama dari sanksi AS. Sejak Desember 2020, SMIC telah masuk dalam daftar Entity List, sebuah daftar hitam yang secara efektif membatasi kemampuannya untuk mendapatkan peralatan dan teknologi AS tanpa lisensi khusus. Sanksi ini diberlakukan karena kekhawatiran Washington bahwa SMIC memiliki hubungan dengan militer Tiongkok, sebuah tuduhan yang dibantah oleh SMIC.

Namun, meskipun telah dikenai sanksi, SMIC terus berupaya untuk maju. Laporan menunjukkan bahwa mereka berhasil membuat terobosan dalam memproduksi chip canggih, seperti chip 7 nanometer dan bahkan 5 nanometer, tanpa menggunakan peralatan litografi ekstrem ultraviolet (EUV) dari AS atau sekutunya. Keberhasilan ini sebagian besar berkat impor masif peralatan yang lebih tua, serta inovasi domestik. Langkah AS memberikan sanksi AS perusahaan chip lain menunjukkan bahwa Washington menyadari adanya celah yang dimanfaatkan oleh perusahaan Tiongkok untuk mengakuisisi teknologi secara tidak langsung.

 

Detail Sanksi AS Perusahaan Chip dan Dampaknya 

Sanksi terbaru ini melibatkan 32 entitas dari berbagai negara, dengan 23 di antaranya berbasis di Tiongkok. GMC Semiconductor dan Jicun Semiconductor secara spesifik ditambahkan ke daftar hitam karena aktivitas mereka yang mendukung SMIC. Dengan masuknya kedua perusahaan ini ke dalam daftar Entity List, pengiriman peralatan buatan AS kepada mereka kini memerlukan lisensi khusus, yang kemungkinan besar akan ditolak.

Dampak dari sanksi ini berlipat ganda. Di satu sisi, ini mempersulit upaya Tiongkok untuk mencapai swasembada dalam teknologi chip canggih. Tanpa akses ke peralatan dan komponen penting dari pemasok AS, kemajuan Tiongkok di bidang ini akan menjadi lebih lambat dan lebih mahal. Di sisi lain, sanksi ini juga memiliki efek negatif pada perusahaan AS sendiri. Pembatasan ekspor ke pasar Tiongkok yang sangat besar telah menyebabkan kerugian miliaran dolar bagi perusahaan semikonduktor AS. Hal ini menciptakan dilema bagi Washington, yang harus menyeimbangkan antara tujuan keamanan nasional dan kepentingan ekonomi domestik.

 

Respon Tiongkok dan Masa Depan Industri

Tiongkok secara konsisten mengecam sanksi AS dan menuduh Washington menyalahgunakan kontrol ekspor untuk menekan industri teknologi mereka. Beijing bertekad untuk meningkatkan kemandiriannya di sektor semikonduktor. Mereka telah mengalokasikan dana dan sumber daya yang sangat besar untuk mendorong inovasi dan pengembangan domestik. Tujuan utama mereka adalah membangun rantai pasokan chip yang sepenuhnya mandiri, dari desain hingga produksi.

Meskipun sanksi AS perusahaan chip telah memperlambat laju Tiongkok, hal ini juga mendorong perusahaan Tiongkok untuk menemukan solusi kreatif. Beberapa perusahaan Tiongkok telah bereksperimen dengan metode produksi alternatif untuk memproduksi chip canggih menggunakan teknologi lama. Meskipun metode ini kurang efisien dan lebih mahal, keberhasilannya menunjukkan bahwa Beijing tidak akan menyerah dalam perlombaan teknologi ini.

 

Geopolitik Semikonduktor: Pertarungan yang Berkelanjutan

Konflik seputar semikonduktor adalah inti dari persaingan geopolitik yang lebih besar antara AS dan Tiongkok. Baik Washington maupun Beijing melihat teknologi chip sebagai kunci untuk dominasi ekonomi dan militer di abad ke-21. Langkah AS memberikan sanksi AS perusahaan chip adalah bagian dari strategi “pagar tinggi di halaman kecil” yang bertujuan untuk membatasi akses Tiongkok ke teknologi paling canggih, sementara tetap mempertahankan hubungan dagang di sektor lain.

Namun, strategi ini tidak tanpa risiko. Ini dapat mempercepat upaya Tiongkok untuk menciptakan ekosistem semikonduktor domestik mereka sendiri, yang pada akhirnya dapat mengurangi ketergantungan mereka pada AS. Pertarungan ini kemungkinan akan berlanjut selama bertahun-tahun, dengan kedua belah pihak terus beradaptasi dan bereksperimen dengan strategi baru untuk mengungguli satu sama lain. Pada akhirnya, masa depan industri chip global akan dibentuk oleh dinamika yang kompleks dan terus berubah antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh IndoCair

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *